Sebagian orang terkadang tidak mudah menerima kenyataan
politik, hukum, ekonomi-bisnis, sosial, dan juga pribadi yang tidak sesuai
dengan harapan. Mereka menilai kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan dapat
membawa mafsadat baginya. Padahal, kenyataan yang tidak sesuai harapan bisa
jadi membuka banyak pintu kemaslahatan baru baginya.
Mereka yang tengah dihadapkan pada kenyataan pahit kehidupan
yang tidak sesuai harapan harus tetap menjaga situasi batin dan kekuatan
mental. Mereka dianjurkan untuk mengucap kalimat sebagai berikut:
حَسْبِىَ اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
Hasbiyallāhu wa ni‘mal wakīl.
Artinya, “Cukuplah Allah bagiku dan ia sebaik-baik wakil.”
Anjuran ini didasarkan pada hadits riwayat Imam Abu Dawud,
An-Nasai, dan Al-Baihaqi. Semangat anjuran ini bukan hanya terletak pada
pelafalan kalimat “Hasbiyallāhu wa ni‘mal wakīl,” tetapi pada penguasaan emosi
dan penguatan mental serta mengembalikan persoalan berat kepada Allah ketika
menerima sebuah kenyataan meski pahit sekalipun.
عَنْ عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ رَضِىَ اللَّهُ أَنَّ
النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَضَى بَيْنَ رَجُلَيْنِ فَقَالَ الْمَقْضِىُّ
عَلَيْهِ لَمَّا أَدْبَرَ حَسْبِىَ اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ فَقَالَ
النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- إِنَّ اللَّهَ جَلَّ ثَنَاؤُهُ يَلُومُ عَلَى الْعَجْزِ
وَلَكِنْ عَلَيْكَ بِالْكَيْسِ فَإِذَا غَلَبَكَ أَمْرٌ فَقُلْ حَسْبِىَ اللَّهُ
وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
Artinya, “Dari Auf bin Malik RA bahwa Rasulullah SAW
memutuskan perkara di antara dua orang. Orang yang berperkara ketika berpaling
mengucap, ‘Hasbiyallāhu wa ni‘mal wakīl.’ Rasulullah kemudian bersabda, ‘Allah
mencela kelemahan. Sebaliknya, kau harus kuat. Jika kau dirundung oleh suatu
masalah, hendaknya mengucap, ‘Hasbiyallāhu wa ni‘mal wakīl,’’” (HR Abu Dawud,
An-Nasai, dan Al-Baihaqi).
Uraian ini diangkat oleh Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah
perihal menerima qadha dan qadar pada karyanya Al-Wabilus Shayyib minal Kalimit
Thayyib.
Menurutnya, agama melarang kita untuk mengumpat dengan
kalimat-kalimat yang buruk dan membawa mudharat serta tidak bermanfaat. Agama
menuntut seseorang untuk melakukan upaya maksimal sebelum akhirnya kenyataan
tiba.
Jika takdir berkata lain, maka ia dapat mengucap
“Hasbiyallāhu wa ni‘mal wakīl.” Kalimat ini cukup terpuji bila seseorang
mengerahkan upaya maksimal sebelum kenyataan tiba.
Adapun seseorang menjadi tercela menurut agama kalau hanya
mengandalkan kalimat tersebut tanpa didahului oleh upaya maksimal/ikhtiar.
(Lihat Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, kitab Al-Wabilus Shayyib minal Kalimit
Thayyib, [Kairo, Darur Rayyan lit Turats: 1987 M/1408 H], cetakan pertama,
halaman 228-229).
Tetapi lafal ini dapat dimaknai sebagai sebuah doa agar hati
kita dimudahkan dalam menerima kenyataan pahit yang sudah ditakdirkan oleh
Allah.
Wallahu a’lam
Artikel Terkait:
Terima kasih telah membaca artikel kami yang berjudul: Doa Agar Mudah Menerima Kenyataan, jangan lupa ikuti website kami dan silahkan bagikan artikel ini jika menurut Anda bermanfaat.