Kapsul, atau tablet, tentu tidak mempunyai dosis yang sama. Demikian juga dosis obat antibiotik dan vitamin. Jika yang satu bisa diminum sehari tiga kali, yang lain mungkin hanya boleh diminum satu kali dalam sehari. Bahkan vitamin, yang jelas-jelas berguna, pun jika diminum melebihi dosis yang ditentukan dokter; efeknya akan berakibat buruk bagi tubuh. Badan bisa meriang atau bahkan keracunan. Begitu pula halnya dengan hizib dan rotib.
Hizib dan rotib, dilihat dari susunannya, sebenarnya sama. Yakni, sama-sama kumpulan ayat, dzikir; dan doa yang dipilih dan disusun oleh ulama salafush shalih yang termasyhur sebagai waliyullah (Kekasih Allah). Yang membedakan suatu ratib dengan ratib lain, atau hizib dan hizib lain, adalah asrar yang terkandung dalam setiap rangkaian ayat, doa, atau kutipan hadits, yang disesuaikan dengan waqi’iyyah (latar belakang penyusunan)-nya.
Namun, meski muncul pada waqi’ yang sama dan oleh penyusun yang sama, ratib sejak awal dirancang oleh para awliya untuk konsumsi umum, meski tetap mustajab. Semua orang bisa mengamalkan untuk memperkuat benteng dirinya, bahkan tanpa perlu ijazah. Meski tentu jika dengan ijazah lebih afdhal.
Sementara hizib, sejak awal dirancang untuk kalangan tertentu yang oleh sang wali (penyusun-red) dianggap memiliki kemampuan lebih, karena itu mengandung dosis yang sangat tinggi. Hizib juga biasanya mengandung banyak sirr (rahasia) yang tidak mudah dipahami oleh orang awam, seperti kutipan ayat yang isinya terkadang seperti tidak terkait dengan rangkaian doa sebelumnya padahal yang terkait adalah asbabun nuzul-nya. Hizib juga biasanya mengandung lebih banyak ismul a’zham (asma Allah yang agung), yang tidak ada dalam ratib.
Pengertian Hizib Darul A'la
Hizib Darul A'la adalah hizibnya Syaikhul Akbar Muhyiddin Ibnu Al'Arabi, seorang Guru Agung yang luar biasa dan banyak bertemu, berkawan dan belajar kepada para Waliyullah (qutub, abdal, akhyar dan lain-lain) di zamannya, sampai akhirnya beliau juga menjadi Waliyullah Agung saat itu.
Salah satu karyanya yang fenomenal adalah kitab fushushul hikam dan futuhatul makiyyah, dan salah satu amalan yang beliau ajarkan pada banyak orang adalah Hizib Wiqoyah ini atau Daurul A'la.
Waktu Membaca Hizib
Mengenai saat pembacaan Hizib Wiqoyah ini, ada berbagai macam variasi, ada yang hanya membacanya ba'da subuh, ada yang membacanya ba'da isya, ada juga yang membacanya pada tengah malam,tetapi dari hasil pembelajaran saya pribadi melalui Guru2 saya dan juga pengkajian manuskrip2 peninggalan para Guru terdahulu, pengalaman Hizib tersebut bisa diamalkan kapan saja, kalaupun ada waktu khusus itu sengaja ditetapkan agar menjadi wirid (amalan yang diamalkan berulang-ulang dengan ketetuan yang selalu sama) pribadi bagi si pengamal.
Waktu pengamalan yang berbeda akan menghasilkan pola energy yang berbeda, menghasilkan faedah yang berbeda. Seperti halnya Hizib Bahri, tidak selalu harus diamalkan ba'da ashar atau ba'da subuh, pengamalan yang mengikuti kaidah falakiyyah akan menghasilkan khowas yang berbeda.
Keutamaan Hizib Darul A'la
Hizib Wiqoyah atau Hizib Daurul A'la ini merupakan salah satu hizib yang mempunyai khowas sangat banyak, sebagaimna hal-nya Hizib Bahr , ada cara-cara tertentu dan wirid tambahan untuk mengaktifkan pola energy yang tersembunyi padanya, biasanya rahasia pembacaannya diajarkan seacara langsung, jarang ditulis dan kalupun ditulis, tulisannya itu disimpan dengan baik agar tidak sembarang orang bisa mengamalkannya.
Kalau diteliti dengan seksama, terlihat bahwa ada 33 kalimat inti dari Hizib Wiqoyah ini, dan 33 kalimat inti tersebut selalu diawali dengan 2 asmaul husna dan ayat quran pilihan yang memiliki karomah tertentu, nah inilah kunci pola energy yang tersembunyi tadi, dengan kaifiyat tertentu pola yang tersembunyi itu diaktifkan dengan kunci utama asmaul husna dan ayat tersebut.
Selain itu, pada pengajaran Hizib Wiqoyah ini juga diajarkan wafaq-wafaq mistik yang diambil dari kalimat dan asma tertentu yang ada didalam hizib ini.. tentunya hal ini bukanlah hal yang aneh laggi, karena Syeikhul Akbar Ibnu Arabi sangat ahli sekali dalam bidang ini, juga dalam bidang ilmu falak serta ilmu esoteris (rahasia) lainnya.
Lalu apa saja khowas dari Hizib ini?
Dengan metode pembacaan yang benar, hizib ini bermanfaat untuk perlindungan dari kejahatan manusia, hewan serta makhluk gaib, menghilangkan ketakutan, kecemasan, penyembuhan fisik (sakit kepala, sakit perut, sakit mata, sakit gigi, menyembuhkan demam, kebutaan, patah tulang, dan lain-lain), penyembuhan mental-emosional (ketakutan, kecemasan, trauma), inner beauty, kewibawaan dan derajat, kemuliaan, disukai orang (mahabbah), kerezekian, kemudahan segala urusan, kemenangan perang, keberanian, menundukkan jin dan makhluk gaib yang mengganggu, membantu mengingat syahadat ketika sakaratul maut, dan lain-lain.
Kaifiat Hizib Darul A'la
- Dibaca satu kali setelah Sholat Shubuh fadhilahnya untuk diberikan kemudahan untuk istiqomah ibadah sebagai penempuh jalan akhirat.
- Dibaca satu kali setelah shalat ashar dan setelah membaca surat al-Waqiah keutamaannya adalah menjadi orang kaya dan melindungi diri jadi orang faqir (keblangsak).
- Dibaca satu kali setelah shalat shubuh dan satu kali setelah shalat maghrib, fadhilahnya multi fungsi dalam meraih kebaikan.
- Dibaca 3 kali setelah selesai melakukan shalat hajat untuk berbagai terkabu hajat dunia dan akhirat.
- Di baca 41 kali dalam satu majlis untuk cepat maqbul hajat khusus.
Muqoddimah Hizib Darul A'la
Sebelum membaca Hizb ad-Dauril A'la hendaknya membaca Muqaddimah Hizb sebagai berikut:
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ١ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ ٢ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ ٣ مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِۗ ٤ اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ ٥ اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَۙ ٦ صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَࣖ ٧
اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ.
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ. اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمٰتِ وَالنُّوْرَ ەۗ ثُمَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِرَبِّهِمْ يَعْدِلُوْنَ ١ هُوَ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ طِيْنٍ ثُمَّ قَضٰٓى اَجَلًاۗ وَاَجَلٌ مُّسَمًّى عِنْدَهٗ ثُمَّ اَنْتُمْ تَمْتَرُوْنَ ٢ وَهُوَ اللّٰهُ فِى السَّمٰوٰتِ وَفِى الْاَرْضِۗ يَعْلَمُ سِرَّكُمْ وَجَهْرَكُمْ وَيَعْلَمُ مَا تَكْسِبُوْنَ ٣
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ. اَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَۙ ١ وَوَضَعْنَا عَنْكَ وِزْرَكَۙ ٢ الَّذِيْٓ اَنْقَضَ ظَهْرَكَۙ ٣ وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَۗ ٤ فَاِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًاۙ ٥ اِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًاۗ ٦ فَاِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْۙ ٧ وَاِلٰى رَبِّكَ فَارْغَبْࣖ ٨ (٣×)
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ. نَاصِرِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ وَالْهَادِي إِلَى صِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيْمِ. وَعَلىَ آلِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ العَظِيْمِ. (٣×)
Bacaan Hizib Darul A'la
حزب الدور الأعلى
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ
اللّٰهُمَّ يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ بِكَ تَحَصَّنْتُ فَاحْمِنِي بِحِمَايَةِ كِفَايَةِ وِقَايَةِ حَقِيقَةِ بُرْهَانِ حِرْزِ أَمَانِ بِسْمِ اللّٰهِ.
وَأَدْخِلْنِي يَا أَوَّلُ يَا آخِرُ مَكْنُونَ غَيْبِ سِرِّ دَائِرَةِ كَنْزِ مَا شَاءَ اللَّهُ لَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللّٰهِ.
وَأَسْبِلْ عَلَيَّ يَا حَلِيمُ يَا سَتَّارُ كَنَفَ سِتْرِ حِجَابِ صَيَانَةِ نَجَاةِ وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللّٰهِ.
وَابْنِ يَا مُحِيطُ يَا قَادِرُ عَلَيَّ سُورَ أَمَانِ إِحَاطَةِ مَجْدِ سُرَادِقِ عِزِّ عَظَمَةِ ذَلِكَ خَيْرٌ ذَلِكَ مِنْ آيَاتِ اللّٰهِ.
وَأَعِذْنِي يَا رَقِيبُ يَا مُجِيبُ وَاحْرُسْنِي فِي نَفْسي وَدِينِي وَأَهْلِي وَمَالِي وَوَالِدَيَّ وَوَلَدِيْ بِكَلَاءَةِ إِعَاذَةِ إِغَاثَةِ وَلَيْسَ بِضَارِّهِمْ شيئاً إِلَّا بِإِذْنِ اللّٰهِ.
وَقِنِي يَا مَانِعُ يَا نَافِعُ بِآيَاتِكَ وَأَسْمَائِكَ وَكَلِمَاتِكَ شَرَّ الشَّيطَانِ وَالسُّلْطَانِ وَالإِنْسَانِ فَإِنْ ظَالِمٌ أَوْ جَبَّارٌ بَغَى عَلَيَّ أخَذَتْهُ غَاشِيَةٌ مِّنْ عَذَابِ اللّٰهِ.
وَنَجِّنِي يَا مُذِلُ يَا مُنْتَقِمُ مِنْ عَبِيدِكَ الظَّالِمِينَ البَاغِينَ عَلَيَّ وَأَعْوَانِهِمْ فَإِنْ هَمَّ لِي أَحَدٌ مِنْهُمْ بِسُوءٍ خَذَلَهُ اللّٰهِ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَن يَهْدِيهِ مِن بَعْدِ اللّٰهِ.
وَاكْفِنِي يَا قَابِضُ يَا قَهَّارُ خَدِيعَةَ مَكْرِهِمْ وَارْدُدْهُمْ عَنِّي مَذْؤُومِينَ مَذْمُومِينَ مَدْحُورِينَ بِتَخْسِيرِ تَغْيِيرِ تَدْمِيرِ فَمَا كَانَ لَهُ مِن فِئَةٍ يَنصُرُونَهُ مِن دُونِ اللّٰهِ.
وَأَذِقْنِي يَا سُبُّوحُ يَا قُدُّوسُ لَذَّةَ مُنَاجَاةِ أَقْبِلْ وَلَا تَخَفْ إِنَّكَ مِنَ الْآمِنِينَ في كَنَفِ اللّٰهِ.
وَأَذِقْهُمْ يَا مُمِيتُ يَا ضَارُّ نَكَالَ وَبَالِ زَوَالِ فَقُطِعَ دَابِرُ الْقَوْمِ الَّذِينَ ظَلَمُواْ وَالْحَمْدُ اللّٰهِ.
وَآمِنِّي يَا سَلَامُ يَا مُؤْمِنُ يَا مُهَيمِنُ مِنْ صَوْلَةِ جَوْلَةِ دَوْلَةِ الأَعْدَاءِ بِغَايَةِ بِدَايَةِ آيَةِ لَهُمُ البُشْرَى فِي الْحَياةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ لاَ تَبْدِيلَ لِكَلِمَاتِ اللّٰهِ.
وَتَوِّجْنِي يَا عَظِيمُ يَا مُعِزُّ بِتَاجِ مَهَابَةِ كِبْرِيَاءِ جَلَالِ سُلْطَانِ مَلَكُوتِ عِزِّ عَظَمَةِ وَلاَ يَحْزُنكَ قَوْلُهُمْ إِنَّ الْعِزَّةَ اللّٰهِ.
وَأَلْبِسْنِي يَا جَلِيلُ يَا كَبِيرُ خِلْعَةَ جَلَالِ جَمَالِ كَمَالِ إِقْبَالِ فَلَمَّا رَأَيْنَهُ أَكْبَرْنَهُ وَقَطَّعْنَ أَيْدِيَهُنَّ وَقُلْنَ حَاشَ اللّٰهِ.
وَأَلْقِ يَا عَزِيزُ يَا وَدُودُ عَلَيَّ مَحَبَّةً مِنْكَ تَنْقَادُ وَتَخْضَعُ لِي بِهَا قُلُوبُ عِبَادِكَ بِالمَحَبَةِ وَالمَعَزَةِ وَالمَودَّةِ مِنْ تَعْطِيفِ تَلْطِيفِ تَأْلِيفِ يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آمَنُواْ أَشَدُّ حُبَّاً اللّٰهِ.
وَأَظْهِرْ عَلَيَّ يَا ظَاهِرُ يَا بَاطِنُ آثَارَ أَسْرَارِ أَنْوَارِ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللّٰهِ.
وَوَجِّهِ اللّٰهُمَّ يَا صَمَدُ يَا نُورُ نُورَ وَجْهِي بِصَفَاءِ أُنْسِ جَمَالِ إِشْرَاقِ فَإنْ حَآجُّوكَ فَقُلْ أَسْلَمْتُ وَجْهِيَ اللّٰهِ.
وَجَمِّلْنِي يَا جَمِيلُ يَا بَدِيعَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ يَا مَالِكَ الـمُلْكِ يَا ذَا الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ بِالفَصَاحَةِ وَالبَرَاعَةِ وَالبَلَاغَةِ.
وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِي.
بِرَأْفَةِ رَحْمَةِ رِقَّةِ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَى ذِكْرِ اللّٰهِ.
وَقَلِّدْنِي يَا شَدِيدَ البَطْشِ يَا جَبَّارُ يَا قَهَّارُ سَيْفَ الشِّدَّةِ وَالقُوَّةِ وَالمـَنَعَةِ وَالهَيْبَةِ مِنْ بَأْسِ جَبَرُوتِ عِزَّةِ وَمَا النَّصْرُ إِلاَّ مِنْ عِندِ اللّٰهِ.
وَأَدِمْ عَلَيَّ يَا بَاسِطُ يَا فَتَّاحُ بَهْجَةَ مَسَرِّةِ رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي.
بِلَطَائِفِ عَوَاطِفِ أَلمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ.
وَبِأَشَائِرِ بَشَائِرِ يَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ بِنَصْر اللّٰهِ.
وَأَنْزِلِ اللّٰهُمَّ يَا لَطِيفُ يَا رَءُوفُ بِقَلْبِي الإِيمَانَ والاِطْمِئْنَانَ وَالسَّكِينَةَ وَالوَقَارَ لِأَكُونَ مِنَ الَّذِينَ آمَنُواْ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللّٰهِ.
وَأَفْرِغْ عَلَيَّ يَا صَبُورُ يَا شَكُورُ صَبْرَ الَّذِينَ تَضَرَّعُوا بَثَبَاتِ يَقِينِ كَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللّٰهِ.
وَاحْفَظْنِي يَا حَفِيظُ يَا وَكِيلُ مِنْ بَينِ يَدَيَّ وَمِنْ خَلْفِي وَعَنْ يَمِينِي وَعَنْ شِمَالِي وَمِنْ فَوقِي وَمِنْ تَحْتِي بِوُجُودِ شُهُودِ جُنُودِ لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِّن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللّٰهِ.
وَثَبِتِ اللّٰهُمَّ يَا ثَابِتُ يَا دَائِمُ يَا قَائِمُ قَدَمَيَّ كَمَا ثَبَّتَّ القَائِلَ وَكَيْفَ أَخَافُ مَا أَشْرَكْتُمْ وَلاَ تَخَافُونَ أَنَّكُمْ أَشْرَكْتُم بِاللّٰهِ.
وَانْصُرْنِي يَا نِعْمَ الـمَولَى وَيَا نِعْمَ النَّصِيرُ عَلَى أَعْدَائِي نَصْرَ الَّذِي قِيلَ لَهُ أَتَتَّخِذُنَا هُزُواً قَالَ أَعُوذُ بِاللّٰهِ.
وَأَيـِّدْنِي يَا طَالِبُ يَا غَالِبُ بِتَأَيِيدِ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ المـُؤَيَّدِ بِتَعْزِيزِ تَقْرِيرِ تَوْقِيرِ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِداً وَمُبَـشِّراً وَنَذِيراً لِتُؤْمِنُوا بِاللّٰهِ.
وَاكْفِني يَا كَافِيَ الأَنـْكادِ يَا شَافِيَ الأَدْوَاءِ شَرَّ الأَسْوَاءِ وَالأَعْدَاءِ بِعَوَائِدِ فِوَائِدِ لَوْ أَنْزَلْنَا هَذَا الْقُرْآنَ عَلَى جَبَلٍ لَّرَأَيْتَهُ خَاشِعاً مُتَصَدِّعاً مِّنْ خَشيْةِ اللّٰهِ.
وَامْنُنْ عَلَيَّ يَا وَهَّابُ يَا رَزَّاقُ بِحُصُولِ وُصُولِ قَبُولِ تَدْبِيرِ تَيْسِيرِ تَسْخِيرِ كُلُواْ وَاشْرَبُواْ مِن رِزْقِ اللّٰهِ.
وَأَلْزِمْنِي يَا وَاحِدُ يَا أَحَدُ كَلِمَةَ التَّوْحِيدْ كَمَا أَلْزَمْتَ حَبِيبَكَ سَيِّدَنَا مُحَمَّدَاً حَيْثُ قُلْتَ لَهُ وَقَوْلُكَ الحَقُّ فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللّٰهُ.
وَتَوَلَّنِي يَا وَلِيُّ يَا عَلِيُّ بِالوِلَايَةِ وَالرِعَايَةِ وَالعِنَايَةِ وَالسَّلَامَةِ بِمَزِيدِ إِيرَادِ إِسْعَادِ إِمْدَادِ ذَلِكَ مِن فَضْلِ اللّٰهِ.
وَأَكْرِمْنِي يَا كَرِيمُ يَا غَنِيُّ بِالسَّعَادَةِ وَالسِّيادَةِ وَالكَرَامَةِ وَالـمَغْفِرَةِ كَمَا أَكْرَمْتَ الَّذِينَ يَغُضُّونَ أَصْوَاتَهُمْ عِندَ رَسُولِ اللّٰهِ.
وَتُبْ عَلَيَّ يَا بَرُّ يَا تَوَّابُ يَا حَكِيمُ تَوْبَةً نَصُوحَاً لِأَكُونَ مِنْ الَّذِينَ إِذَا فَعَلُواْ فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُواْ أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُواْ اللّٰهَ.
فَاسْتَغْفَرُواْ لِذُنُوبِهِمْ وَمَن يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ اللّٰهُ.
وَاخْتِمْ لِي يَا رَحْمَنُ يَا رَحِيمُ بِحُسْنِ خَاتِمَةِ الرَّاجِينَ وَالنَّاجِينَ الَّذِينَ قِيلَ لَهُمْ قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللّٰهِ.
وَأَسْكِنِّي يَا سَمِيعُ يَا عَلِيمُ جَنَّةً أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ دَعْوَاهُمْ فِيهَا سُبْحَانَكَ اللّٰهُمَّ وَتَحِيَّتُهُمْ فِيهَا سَلَامٌ وَآخِرُ دَعْوَاهُمْ أَنِ الْحَمْدُ لِلّٰهِ.
اللّٰهُمَّ يا اللَّهُ يا اللَّهُ يا اللَّهُ يا اللَّهُ يَا نَافِعُ يَا نَافِعُ يَا نَافِعُ يَا نَافِعُ يَا رَحْمَنُ يَا رَحْمَنُ يَا رَحْمَنُ يَا رَحْمَنُ يَا رَحِيمُ يَا رَحِيمُ يَا رَحِيمُ يَا رَحِيمُ.
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ارْفَعْ قَدْرِي وَاشْرَحْ صَدْرِي وَيَـسِّرْ أَمْرِي وَارْزُقْنِي مِنْ حَيْثُ لَا أَحْتَسِبُ بِفَضْلِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا هُوَ يَا هُوَ يَا هُوَ كهيعص حمعسق.
وَأَسْأَلُكَ بِجَمَالِ العِزَّةِ وَجَلَالِ الهَيْبَةِ وَعِزَّةِ القُدْرَةِ وَجَبَرُوتِ العَظَمَةِ أَنْ تَجْعَلَنِي مِنْ عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ الذِينَ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ.
وَأَسْأَلُكَ اللّٰهُمَّ بِحُرْمَةِ هَذِهِ الأَسْمَاءِ وَالآيَاتِ وَالكَلِمَاتِ أَنْ تَجْعَلَ لِي مِنْ لَدُنْكَ سُلْطَانَاً نَصِيرَاً وَرِزْقَاً كَثِيرَاً وَقَلْبَاً قَرِيرَاً وَعِلْمَاً غَزِيرَاً وَعَمَلاً بَرِيراً وَقَبْرَاً مُنِيرَاً وَحِسَابَاً يَسِيرَاً وَمُلْكاً فِي جَنَّةِ الفِرْدَوْسِ كَبِيراً.
وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ الَّذِي أَرْسَلْتَهُ بِالحَقِّ بَشِيراً وَنَذِيراً وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الَّذِينَ طَهَّرْتَهُم مِنَ الدَّنَسِ تَطْهِيراً وَسَلَّمَ تَسْلِيمَاً كَثِيرَاً طَيِّباً مُبَارَكاً كَافِياً جَزِيلاً جَمِيلاً دَائِماً بِدَوَامِ مُلْكِ اللهِ وَبِقَدَرِ عَظَمَةِ ذَاتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ.
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الـمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.
Adapun sanad muttashil (bersambung) kepada imam Ibn Arabiy al-Hatimiy Radiyallahu Anhu yang al-faqir miliki sebagai berikut:
الحاج رزقي ذو القرنين اصمت البتاوي عن فضيلة الاستاذ الدكتور رفعت فوزي عبد المطلب عن العلامة المحدث الصالح الامام التقي السيد محمد الحافظ بن عبد اللطيف بن سالم التجاني المالكي الحسيني عن العلامة المسند سيدي عبد الله غازي الهندي المكي عن العلامة الحبيب حسين بن السيد محمد بن حسين بن عبد الله الحبشي العلوي عن والده عن العلامة السيد طاهر بن الحسين بن طاهر عن السيد الامام عبد الرحمن بن علوي عن السيد عبد الرحمن بن عبد الله بلفقيه عن والده عن الامام احمد القشاشي عن العلامة الشنواني عن والده الامام علي بن عبد القدوس الشناوي عن الامام القطب سيدي عبد الوهاب الشعراني عن الامام القاضي زكريا الانصاري عن الامام العارف بالله شرف الدين ابي الفتح محمد بن زين الدين العثماني المراغي عن القطب شرف الدين اسماعيل بن ابراهيم الهاشمي العقيلي الجبرتي الزبيدي عن المسند المعمر ابي الحسن علي بن عمر الواني عن الشيخ الاكبر والكبريت الاحمر الامام القطب سيدي محي الدين محمد بن علي بن عربي الحاتمي الطائي رضي الله عنه
Al-Arif Billah Sayyidi al-Arabiy Bin Saih al-Umari Radhiyallahu anhu mengatakan, “Sayyidi Syekh Ahmad at-Tijani Radhiyallahu anhu mendapat ijazah Hizb ad-Dauril A’la dari Syekh Muhammad Bin Abdul Karim as-Samman al-Madani radhiyallahu anhu. Sayyidi Syekh Ahmad Tijani Radhiyallahu anhu menjadikan Hizb ad-Daurul A'la wirid Shabah Wal Masa (dibaca Pagi dan sore).
Hizb ad-Dauril A'la merupakan wirid yang sangat terkenal dan diamalkan oleh para wali lantaran memiliki keutamaan besar terbukti dengan lahirnya beberapa karya para ulama yang memberikan Syarh (komentar) terhadap Hizb ad-dauril A'la di antaranya: Kitab at-Thaurul Aghla Fi Syarh ad-Dauril A'la karya Abul Mahasin as-Sayyid Muhammad Bin as-Sayyid Khalil al-Qwuqji al-Hasani terdiri dari 103 halaman. Kitab ad-Durrul Aghla Syarh ad-Dauril A'la karya Syekh Muhammad at-Tafilani. Al-Hamdulillah, naskah Kitab at-Thaurul Aghla dan ad-Durrul Aghla ada di perpustakaan al-Muafah Jakarta Timur.
Sedangkan teks hizb Dauril A'la ini dicatat dalam kitab Majmuatul Ahzab (kumpulan hizb terdiri dari 2 jilid besar) halaman 6 dan kitab majmu Aurad wa shalawat Sayyidi Muhyiddin Bin Arabiy halaman 61. Kitab Silahul Ghaib karya Sayyidil Walid al-Habib Umar Bin Abdurrahman as-Segaf serta kitab-kitab lain dan ditemukan beberapa redaksi yang berbeda.
Keterangan
Syekh Akbar Muhyiddin Ibn ‘Arabi memiliki amalan wirid yang masyhur: al-Awrad al-yawmiyya, atau Awrad al-ayyam wa al-layal, yang dibaca setiap hari pada waktu tertentu. Dan kita tahu banyak wirid yang mesti dibaca dalam hari, atau waktu tertentu, untuk mendapatkan hasil optimal. Kita tentu menduga bahwa ada sesuatu dibalik “waktu” sehingga para Awliya Allah memberi perhatian pada bagian-bagian dari waktu itu.
Wird sulit diterjemahkan ke dalam bahasa lain. Akar kata wird mengandung konotasi mencapai, menjangkau, sampai, muncul atau diterima. Bagi para pengembara gurun di Arab, akar kata ini merujuk pada sumber air, oase, atau sumur, tempat para pengelana mengambil air. Dalam konteks spiritual, istilah “wird” itu biasanya diaplikasikan pada amalan khusus pada waktu tertentu pada siang atau malah hari. Ini adalah amalan tambahan (sunnah). Ada banyak wirid sufi termasyhur selain wiridnya Ibn Arabi, seperti Hizb Bahr nya Syekh Hasan Syadzili, atau Hizb Nawawi, dan sebagainya. Amalan itu bukan amalan biasa, dan biasanya tidak dimaksudkan untuk dibaca secara berjamaah. Dalam kasus doa Ibn Arabi ini, dan doa-doa sufi agung lainnya, amalan lebib sering berbentuk seperti “munajat”, dimana isinya mengandung indikasi betapa mendalamnya pemahaman spiritual penyusunnya. Maknanya menunjukkan bahwa apa yang “dibaca” adalah hal-hal yang “mendatangi hati” (warid) dan “diterima” oleh pembacanya. Yang istimewa dari setiap amalan Wali Allah adalah ia bukan sekadar bacaan dan doa, tetapi juga sarana pendidikan ruhani yang penting.
Dalam surat ar-Rahman tercantum bahwa Setiap yang ada di langit dan bumi memohon kepada-Nya; dan setiap saat Dia selalu dalam kesibukan (beraktivitas). Bagi Syekh Ibn Arabi, ayat ini mengekspresikan tema eksistensi yang penting. Setiap saat, semua makhluk, dari yang sebesar galaksi sampai partikel terkecil, selalu memohon dan menerima anugerah pemeliharaan, baik secara fisik maupun ruhani. Menurut beliau, tak ada satupun makhluk yang tidak memohon kepada Allahu ta’ala, tetapi masing-masing menerima jawaban sesuai dengan tingkat permohonannya. Jadi sebagian dari “kesibukan” Tuhan adalah memberi jawaban atas doa. Respon Tuhan secara intrinsik adalah keniscayaan, sebab Dia-lah yang mewajibkan hamba-Nya berdoa dan Dia pula yang berjanji menjawabnya. Ini adalah hubungan timbal-balik: Tuhan dan hamba adalah yang meminta sekaligus yang diminta (talib ma matlub). Barangsiapa menjawab “panggilan” Tuhan melalui Hukum Wahyu, maka Tuhan akan menjawab permintaan hamba-Nya yang memenuhi panggilan-Nya. Maka, pada hakikatnya, menurut Syekh Ibn Arabi, semua permintaan tertuju kepada-Nya, sebab tidak sesuatupun (wujud) selain Dia.
Karena selalu ada jawaban dari Allah atas permintaan kita, maka kita seharusnya menyadari betul hal-hal yang dimintakan. Syekh Ibn Arabi menulis dalam Futuhat al-Makiyyah, IV:
“Allah lebih dekat kepada hamba-Nya ketimbang urat lehernya.” Disini Dia membandingkan kedekatan-Nya dengan hamba-Nya dengan kedekatan hamba dengan dirinya sendiri. Ketika seseorang “meminta” dirinya sendiri untuk melakukan sesuatu dan kemudian ia bertindak, maka tak ada jeda waktu antara permintaan dengan respon. Momen meminta pada esensinya adalah momen menjawab. Jadi kedekatan Tuhan dalam menjawab hamba-Nya adalah sama dengan kedekatan hamba dalam menjawab permintaan pada dirinya sendiri.
Pada hakikatnya, dibalik setiap permintaan ada satu tujuan utama: memandang segala sesuatu dari perspektif riil. Dalam pengertian ini, setiap doa adalah sebentuk “mengingat” atau zikir. Saat membaca doa, seseorang [seharusnya] tidak sekadar membaca berulang-ulang secara mekanis, tetapi sembari menghayati dan menyadari serta mengakui Kehadiran Tuhan. Ini berarti ia harus mengingat-Nya dengan sepenuh hati. Jika ia sampai pada level ini maka doa menjadi ingatan timbal-balik, seperti firman-Nya: “Ingatlah Aku dan Aku akan mengingatmu.”
Bentuk doa yang paling intim adalah munajat, semacam dialog dengan Yang Maha Goib. Membaca teks doa hanya satu bagian. Bagian lain yang lebih penting adalah “situasi dialog yang akrab” dengan Allah, mengingat-Nya sepenuh hati, mengundang-Nya dan, karena itu, diundang oleh-Nya. Maka dengan berdoa seseorang sesungguhnya juga “kembali” kepada hakikat dari kenyataan, sebuah tindakan “kembali” ke asal yang mesti diulang secara konstan. Semua mursyid tarekat menekankan bahwa hal ini tidak bisa dicapai melalui proses intelektual biasa, tetapi melalui hati (qalb), sebab hati adalah cermin yang memantulkan tajalli Ilahi dan, karenanya, hanya hati yang :bisa “melihat” manifestasi ilahi. Kapasitas hati untuk melihat inilah yang mentransformasi doa dari bentuk repetisi menjadi sebuah percakapan yang bermakna dan intim.
Dalam kitab Fusush al-Hikam, Bab Tentang Muhammad, Syekh Ibn Arabi menulis: “Karena doa adalah percakapan yang intim, maka ia adalah juga zikir. Dan barangsiapa mengingat Allah, ia bersama dengan Allah dan “duduk” bersama-Nya… dan barangsiapa yang “duduk” bersama Allah dan memiliki mata batin yang jernih, ia akan “memandang teman duduknya.” Ini adalah mushahadah dan ru’yat. Jika dia tak memiliki mata batin maka dia tak akan mampu melihat-Nya. Sesungguhnya melalui penglihatan batin dalam doa inilah orang yang berdoa akan mengenali maqom spiritualnya.”
Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda.