Para ulama sepakat bahwa shalat tarowih merupakan ibadah
yang dianjurkan dalam bulan Ramadhan.
Jika siang hari umat Islam melaksanakan puasa, maka malam
hari adalah kesempatan bagi mereka menghidupkan Ramadhan dengan Shalat Tarawih.
Petunjuk tentang kesunnahan Shalat Tarawih mengacu pada hadits:
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ
إيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa ibadah (tarawih) di bulan Ramadhan seraya beriman dan
ikhlas, maka diampuni baginya dosa yang telah lampau” (HR al-Bukhari,
Muslim, dan lainnya).
Syekh Khatib al-Syarbini dalam Mughni
al-Muhtaj menjelaskan bahwa ulama sepakat soal makna “qâma ramadlâna” di dalam hadits tersebut
diarahkan pada shalat tarawih.
Sebagaimana istimewanya bulan Ramadhan, salah satu momentum
yang sayang dilewatkan adalah berdoa dan bermunajat di malam hari. Sebagai
bulan kasih sayang (rahmah),
ampunan (maghfirah), dan pembebasan
dari neraka (itqum minan nar), doa
pada bulan suci ini lebih berpahala dan lebih potensial dikabulkan. Apalagi
dilaksanakan di malam hari, yang mungkin saja bertepatan dengan Lailatul Qadar, suatu malam yang disebut Al-Qur'an lebih baik dari seribu bulan.
Berikut ini adalah doa yang lazim dibaca para ulama setiap selesai
sholat tarawih. Doa ini popular dengan sebutan "Doa Kamilin".
اَللهُمَّ
اجْعَلْنَا بِالْإِيْمَانِ كَامِلِيْنَ. وَلِلْفَرَائِضِ مُؤَدِّيْنَ.
وَلِلصَّلاَةِ حَافِظِيْنَ. وَلِلزَّكَاةِ فَاعِلِيْنَ. وَلِمَا عِنْدَكَ
طَالِبِيْنَ. وَلِعَفْوِكَ رَاجِيْنَ. وَبِالْهُدَى مُتَمَسِّكِيْنَ. وَعَنِ
الَّلغْوِ مُعْرِضِيْنَ. وَفِى الدُّنْيَا زَاهِدِيْنَ. وَفِى اْلآخِرَةِ
رَاغِبِيْنَ. وَبَالْقَضَاءِ رَاضِيْنَ. وَلِلنَّعْمَاءِ شَاكِرِيْنَ. وَعَلَى
الْبَلاَءِ صَابِرِيْنَ. وَتَحْتَ لِوَاءِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ سَائِرِيْنَ وَعَلَى الْحَوْضِ وَارِدِيْنَ. وَإِلَى
الْجَنَّةِ دَاخِلِيْنَ. وَمِنَ النَّارِ نَاجِيْنَ. وَعَلى سَرِيْرِالْكَرَامَةِ
قَاعِدِيْنَ. وَبِحُوْرٍعِيْنٍ مُتَزَوِّجِيْنَ. وَمِنْ سُنْدُسٍ وَاِسْتَبْرَقٍ
وَدِيْبَاجٍ مُتَلَبِّسِيْنَ. وَمِنْ طَعَامِ الْجَنَّةِ آكِلِيْنَ. وَمِنْ لَبَنٍ
وَعَسَلٍ مُصَفًّى شَارِبِيْنَ. بِأَكْوَابٍ وَّأَبَارِيْقَ وَكَأْسٍ مِّنْ
مَعِيْن. مَعَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّيْنَ
وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَآءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَحَسُنَ أُولئِكَ رَفِيْقًا.
ذلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللهِ وَكَفَى بِاللهِ عَلِيْمًا. اَللهُمَّ اجْعَلْنَا فِى
هذِهِ اللَّيْلَةِ الشَّهْرِالشَّرِيْفَةِ الْمُبَارَكَةِ مِنَ السُّعَدَاءِ
الْمَقْبُوْلِيْنَ. وَلاَتَجْعَلْنَا مِنَ اْلأَشْقِيَاءِ الْمَرْدُوْدِيْنَ.
وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِه وَصَحْبِه أَجْمَعِيْنَ.
بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Allâhummaj‘alnâ bil îmâni kâmilîn. Wa lil farâidli
muaddîn. Wa lish-shlâti hâfidhîn. Wa liz-zakâti fâ‘ilîn. Wa lima ‘indaka
thâlibîn. Wa li ‘afwika râjîn. Wa bil-hudâ mutamassikîn. Wa ‘anil laghwi
mu‘ridlîn. Wa fid-dunyâ zâhdîn. Wa fil ‘âkhirati râghibîn. Wa bil-qadlâ’I
râdlîn. Wa lin na‘mâ’I syâkirîn. Wa ‘alal balâ’i shâbirîn. Wa tahta liwâ’i
muhammadin shallallâhu ‘alaihi wasallam yaumal qiyâmati sâ’irîna wa alal haudli
wâridîn. Wa ilal jannati dâkhilîn. Wa minan nâri nâjîn. Wa 'alâ sariiril
karâmati
qâ'idîn. Wa bi hûrun 'in mutazawwijîn.
Wa min sundusin wa istabraqîn wadîbâjin mutalabbisîn. Wa min tha‘âmil jannati
âkilîn. Wa min labanin wa ‘asalin mushaffan syâribîn. Bi akwâbin wa abârîqa wa
ka‘sin min ma‘în. Ma‘al ladzîna an‘amta ‘alaihim minan nabiyyîna wash
shiddîqîna wasy syuhadâ’i wash shâlihîna wa hasuna ulâ’ika rafîqan. Dâlikal
fadl-lu minallâhi wa kafâ billâhi ‘alîman. Allâhummaj‘alnâ fî hâdzihil
lailatisy syahrisy syarîfail mubârakah minas su‘adâ’il maqbûlîn. Wa lâ taj‘alnâ
minal asyqiyâ’il mardûdîn. Wa shallallâhu ‘alâ sayyidinâ muhammadin wa âlihi wa
shahbihi ajma‘în. Birahmatika yâ arhamar râhimîn wal hamdulillâhi rabbil
‘âlamîn.
“Yaa Allah, jadikanlah kami orang-orang yang sempurna imannya, yang
memenuhi kewajiban-kewajiban, yang memelihara shalat, yang mengeluarkan zakat,
yang mencari apa yang ada di sisi-Mu, yang mengharapkan ampunan-Mu, yang
berpegang pada petunjuk, yang berpaling dari kebatilan, yang zuhud di dunia,
yang menyenangi akhirat, yang ridha dengan qadla-Mu (ketentuan-Mu), yang
mensyukuri nikmat, yang sabar atas segala musibah, yang berada di bawah
panji-panji junjungan kami, Nabi Muhammad, pada hari kiamat, yang mengunjungi
telaga (Nabi Muhammad), yang masuk ke dalam surga, yang selamat dari api
neraka, yang duduk di atas ranjang kemuliaan, yang menikah dengan para
bidadari, yang mengenakan berbagai sutra ,yang makan makanan surga, yang minum
susu dan madu murni dengan gelas, cangkir, dan cawan bersama orang-orang yang
Engkau beri nikmat dari kalangan para nabi, shiddiqin,
syuhada dan orang-orang shalih. Mereka itulah teman yang terbaik. Itulah
keutamaan (anugerah) dari Allah, dan cukuplah bahwa Allah Maha Mengetahui. Ya
Allah, jadikanlah kami pada malam yang mulia dan diberkahi ini termasuk
orang-orang yang bahagia dan diterima amalnya, dan janganlah Engkau jadikan
kami tergolong orang-orang yang celaka dan ditolak amalnya. Semoga Allah
mencurahkan rahmat-Nya atas junjungan kami Muhammad, serta seluruh keluarga dan
shahabat beliau. Berkat rahmat-Mu, wahai Yang Paling Penyayang di antara yang
penyayang. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.” (Lihat Sayyid Utsman bin
Yahya, Maslakul Akhyar,
Cetakan Al-‘Aidrus, Jakarta).
Tampak bahwa nama "kâmilîn"
diambil dari redaksi pembuka doa ini yang memohon terbentuknya pribadi-pribadi
sempurna (kâmilîn) dalam hal
keimanan. Substansi doa ini cukup komplet, meliputi aspek duniawi dan ukhrawi,
kenikmatan dan kesulitan, meminta kerbekahan malam mulia, diterimanya amal, dan
lain sebagainya. Doa yang hampir selalu dibaca oleh umat Islam di Tanah Air ini
juga termaktub dalam kitab-kitab doa ulama Nusantara, salah satunya Majmû‘ah Maqrûât Yaumiyah wa Usbû‘iyyah karya
pengasuh Pondok Pesantren Langitan Tuban, KH Muhammad bin Abdullah Faqih (rahimahullâh). Pada lembar pengantar,
sang ayah, KH Abdullah Faqih, mengatakan bahwa doa-doa dalam kitab itu merupakan hasil
ijazah dari Kiai Abdul Hadi (Langitan), Kiai Ma'shum (Lasem), Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki, dan Syekh Yasin bin Isa al-Fadani. KH Abdullah
Faqih memberikan restu atau ijazah kepada siapa saja yang mengamalkan (dengan ijâzah munâwalah).
Wallâhu a'lam bish shawâb.
Artikel Terkait:
Terima kasih telah membaca artikel kami yang berjudul: (Download PDF) Doa Kamilin, Doa Setelah Sholat Tarowih Lengkap Arab Latin dan Artinya, jangan lupa ikuti website kami dan silahkan bagikan artikel ini jika menurut Anda bermanfaat.